
Cerpen Silmi Fauzia
“Lo… masih ngecengin Theo,
“Ya iyalah! Lo tau
“Hah? Perfect kata lo? Gue ga salah denger neeh? Lo bilang tadi klo Theo tuh perfect? OMG…” Sysil dan Dea ngga percaya sama omongan Adis.
“Itu
“Lo nyadar
Begitulah setiap hari, ada saja yang mereka pertentangkan, terlebih yang paling sering jadi masalah adalah kebodohan Adis yang mengharapkan Theo sang ‘First Love’ nya waktu SD yang dipertemukan kembali di bangku SLTP.
k
“Al, gue pengen mulai nyoba ngelupain Theo” kata Adis pada Alsa, teman sebangkunya di kelas pada pelajaran Matematika.
“Hah??? Gue gak salah denger?” suara Alsa yang kelewat stereo membuat Pak Kumis-begitu anak-anak sering menyebutnya-sang guru terheran-heran, dan membuat suasana kelas menjadi riuh.
“
“Engga Pak, ngga ada apa-apa, kok!”
Alsa yang takut hal seperti tadi terulang, lalu menampung penasarannya hingga jam istirahat.
Setelah dinanti-nanti dengan penuh kesabaran, akhirnya jam istirahat pun tiba. Seperti biasa, Adis, Alsa, Sysil dan Deaberkumpul di kantin dan duduk di bangku pojok.
“Ehmmm… Dis, yang tadi di kelas lo omongin itu bener?” Tanya Alsa memecah penasarannya.
“Iya. Setelah gue piker-pikir, daripada gue terus menerus larut dalam mimpi dan berjuta harapan yang gak ada akhirnya dan gak mungkin terwujud, mendingan gue lupain aja! Dan yang paling penting, hal ini
“Lo yakin?” Tanya Alsa.
“Ya…selagi gue bisa gue akan berusaha!” jawabnya lagi.
“Tunggu…tunggu…tunggu… kalian berdua tuh dari tadi ini ngomong apa sih?” Tanya Dea layaknya orang bego.
“Iya perasaan dari tadi nggak ada judulnya dech! Mentang-mentang kalian sebangku!” dukung Sysil.
“Ups! Iya ya! Gue
“Klo Adis pengen nyoba lupain Theo!” sahut Alsa.
“OMG! Sumpeh lo?” serentak Dea dan Sysil sambil melotot kaget ke arah Adis.
“Jadi semudah itu Dis lo membuat suatu keputusan yang emang bener-bener mengagetkan!” Tanya Dea.
“Ya enggaklah! Gue juga mikirinnya berkali-kali dong!” jawab Adis lalu pergi memesan semangkok Mie Ayam dan The Botol kesukaannya.
“Syukurlah! Penyakit begonya udah berangsur-angsur sembuh.” Sahut Dea.
k
Akhirnya… setelah berhubungan kurang lebih empat bulan dengan Cynthia, Theo pun putus juga. Namun disisi lain, dengan penuh perjuangan, pengorbanan, keringat, darah, dan air mata (Cie… kayak perang dunia aja!), Adis pun berhasil melupakan Theo yang baginya sudah menjadi masa lalu itu.
“Ehmmm… gosipnya… Theo udah putus ama Cynthia.” Ucap Ririe yang baru datang saat itu. S Bigos yang hobi nyomblangin orang ini emang suka ceplas-ceplos klo ngomong.
“Yup! Dan katanya yang mutusinnya itu si Cynthia” sambut si Bigos yang satunya, Vika.
“Hebohnya lagi, Cynthia mutusin Theo langsung tanpa perantara!” Ririe membalas sambutan Vika.
“Iya. Kayak jual rumah aja tanpa perantara! Eh, lagian menurut gue sih, mereka berdua dari segi fisiknya aja udah kagak cocoklah! Bayangin aja deh! Masa cewenya lebih tinggi dari cowoknya! Berani-beraninya si Theo nembak Cynthia yang jangkis itu! Dasar dia emang gak pernah ngaca! Nggak punya kaca kali di rumahnya! Ntar deh klo gue punya duit, gue beliin dia kaca, biar dia tau diri!”
“Eh, kalian smua tau
“Ih… Cha! Penyakit ngga nyambung lo tuh kebangetan!!!” bisik Vika.
Tak lama kemudian, Adis and the gank datang. Mereka juga lagi pada ngomongin gosipnya Theo. Namun Adis tak menanggapinya dengan serius, malah dia sempet kasian juga sama yang baru putus.
k
Setelah lumayan lama ngejomblo, rupanya Theo mulai bosan juga. Tapi disisi lain, Adis yang udah tanggung berjanji sama dirinya sendiri, udah klop banget sama keputusannya.
Sampai pada suatu hari, setelah gossip putusnya Theo basi, ada gossip baru lagi tentang Theo, yaitu dia bakalan nembak seorang cewek yang nggak lain dan nggak bukan adalah Adis.
Tim redaksi majalah gossip pun telah berusaha mewawancarai Theo atas gosipnya ini.
“Theo, lo beneran ‘mo nembak Adis?” Tanya Ririe.
“Yup!” jawab Theo simpel.
“Kapan?” Tanya Ririe simpel pula.
“Yang pasti hari ini! Jangan lupa bikin laporan khusus dimajalah!”
“Jam berapa?”
“Ntar deh gue calling!”
Bel berbunyi tiga kali, tanda semua pelajaran hari ini usai, dan anak-anak berlarian pulang. Huh, kayak anak SD aja!
“Rie, panggilin Adis dong! Gue mau nembak doi sekarang!” sahut Theo.
“OK! Eh.. ngomong-ngomong pas acara penembakan entar, lo mau ngundang tim ‘Katakan Cinta’ nggak?” Tanya Vika setengah bercanda.
“Udah deh nggak usah ngagaring! Gue lagi deg-degan!” kata Theo setengah membentak.
“Lo nggak usah deg-degan! Pasti diterima kok!
k
Beberapa waktu kemudian, anak-anak yang akan menjadi saksi penembakan Adis, dan juga Tim Khusus Majalah Gosip, serta Theo dan Adis berkumpul di sebuah warung tempat anak-anak nongkrong sambil ngeceng.
“Dis… lo pasti udah tau maksud gue kesini. Gue sayang ama lo, Dis! Gue pengen lo jadi cewe gue! Lo mau nerima gue jadi cowo lo,
“Terima… terima…” sorak anak-anak pendukung Theo.
“Tolak… tolak… “ sorak anak-anak pendukung Cynthia dan Theo nyambung lagi.
“Oh My God!!!! Gue ngga tau harus ngomong apa! Gue masih ada feeling sama Theo, tapi gue udah terlanjur janji sama diri gue sendiri!!!” bisik Adis dalam hati.
“Dis, gimana? Lo nerima
“Sorry, tapi gue ngga bisa!!!”
“Hah? Kenapa?”
“Ehmm… gue udah tanggung janji!”
“Janji? Sama siapa?”
“Sama diri gue sendiri buat ngelupain lo dan ngga akan pernah sayang lagi sama elo!”
“Oh My God!!!!”
“Huuuuuhhh!!!!” sorak semua penonton.
Namun ini merupakan keputusan terbaik Adis. Ia mampu menepati janjinya pada dirinya sendiri. Teman-teman se-ganknya mengacungkan jempol! Adis tersenyum dan menarik napas lega. Hhhhhhkkk ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar